Hari ini saya ingin bercerita tentang Brunei Darussalam. Sengaja, karena tgl 15/06/2012 kemarin tepat saya tinggal selama 1 bulan di Brunei Darussalam. Saya sendiri tinggal di Brunei karena mendapatkan pekerjaan sebagai Web Developer di salah satu perusahaan swasta di sini. Brunei merupakan sebuah negara kecil yang berada di pucuk Pulau Borneo/Kalimantan. Ya, kenapa saya bilang negara kecil, karena luas negara ini hanya 5.765 km², tentu masih sekian kali lebih luas dengan kota tempat kuliah saya, Malang. Walau Brunei memiliki luas yang sangat kecil yang hanya sebanding dengan luas salah satu Kota di Indonesia, tapi Brunei merupakan salah satu negara maju dan makmur menurut saya dari segi ekonomi yang ada di Asia Tenggara. Di Brunei, sektor utama ekonomi yang menjadi pendapatan negara adalah minyak, yang di kelola oleh Shell. Dan bagusnya, walau dikelola asing harga Premium/Pertamax/Solar di sini hanya berkisar antara 40cent dan maksimal kalau naik hanya sampai 80cent, sedangkan B$1=Rp 7.000, jadi kalau 40cent berarti hanya kisaran Rp 3000an/liter. Sangat terbalik bukan dengan Indonesia yang memiliki banyak spot sumber minyak tapi harganya terus melunjak dari masa ke masa. Jika dilihat di peta di atas, Brunei hanya berbatasan dengan dua tempat, Laut Cina Selatan, dan sisanya dikelilingi dan dibatasi oleh Malaysia seperti Limbang, Kota Kinabalu dan Miri. Jadi kalau anda berada pada 0km nya Brunei, hanya ada dua kemungkinan yang akan anda temui, Laut atau Malaysia.
Hua Ho Dept. Store: Dept. Store Terkenal di Brunei
Brunei juga merupakan salah satu negara Islam yang ada di Asia Tenggara, baik dalam mayoritas penduduk, konsep kenegeraan dan peraturan-peraturan masyarakat. Sebagai contoh, semua orang Islam yang tinggal di Brunei, baik penduduk asli/pendatang dilarang merokok. Jika sampai ketahuan merokok maka akan dikenai denda sampai B$ 1000. Tapi bagi yang non-Islam, disini masih diberi kelonggaran untuk merokok, tapi dengan harga jual rokok yang mahal jika dibanding harga rokok Indonesia, karena rokok disini import semua termasuk import dari Indonesia. Itu mengapa disini pencemaran udara akibat rokok sangat minim. Selain itu, nilai ke-Islam-an yang lain juga sangat kental disini. Sebagai bukti, setiap billboard/papan nama kantor/toko/sekolah/pusat perbelanjaan pasti akan juga ditulis dengan Arab Melayu. Jadi minimal satu billboard itu tertulis minimal dengan dua bahasa, Arab Melayu dan Latin. Terkadang juga dengan 3 bahasa, yaitu di tambah bahasa mandarin, tapi jarang ditemukan. Begitu pula kalau kita sedang melewati highway, banyak billboard menuliskan kalimat Tasbih, Tahmid dan Takbir terlihat selama kita melintas. Sungguh indah melihatnya. Begitu pula dengan pakaian yang digunakan, masyarakat muslim asli Brunei, bagi yang laki, biasa menggunakan peci ketika jalan dan kalau wanita baik masih kecil/remaja/dewasa/tua mayoritas sudah menggunakan jilbab.
Kalimat Tasbih, Tahmid dan Takbir di Highway Brunei
Penduduk asli Brunei sendiri di dominasi oleh etnis Melayu, Chinese dan India. Begitu pula dengan bahasa yang dominan digunakan disini adalah bahasa melayu dan bahasa inggris. Tapi pengalaman selama tinggal disini, bicaranya itu campur antara bahsa melayu dan bahasa inggris, jadi terkadang bingung juga apa yang di maksudkan orang sini ketika sedang bicara. Saya sendiri mending bicara inggris daripada melayu, karena saya tidak terlalu paham arti bahasa melayu, walaupun sebenarnya sih mirip bahasa indonesia, tapi artinya berbeda. Contoh aja, pintu darurat, kalau disini disebut pintu kecemasan. Adalagi berputar, kalau disini, berpusing. Itu mengapa mending saya bicara inggris kalau ketemu orang melayu asli :)
Iklim di Brunei sama seperti Indonesia, beriklim Tropis. Dan tentu, karena masih satu pulau dengan Kalimantan disini termasuk kota dengan cuaca yang panas. Panasnya sama seperti panas Surabaya dan panas Bali, tapi untungnya panasnya tidak disertai dengan polusi udara. Jadi kalau anda berkunjung ke rumah, apartemen, kantor, swalayan dan lainnya yang ada disini, pasti akan ketemu minimal ada 1 AC atau minimal ada 1 Kipas Angin. Atau kalau anda orang yang tidak tahan gerah, maka anda akan bisa mandi lebih dari tiga kali kalau tinggal disini.
ICC Brunei: International Convention Centre
Di Brunei, jangan anda bayangkan akan banyak menemui Mall/Dept. Store/Town Square/Hypermarket dan sejenisnya seperti di Singapura. Di sini anda akan jarang menemukannya. Apalagi gedung-gedung tinggi seperti di Jakarta. Bangunan bergedung dan bertingkat lebih 10 lantai jarang ditemukan disini. Gedung tertinggi yang saya temui di Brunei hingga hari ini hanyalah Bank Commonwealth. Sisanya, maksimal gedungnya hanya 6 hingga 7 lantai. Tapi kalau bangunan megah di sini banyak, seperti Istana Sultan, Masjid Hasan Al Bolkiah, Masjid Omar Ali Saefudin, dan lainnya. Untuk Mall, ada dua Mall yang terbesar di Brunei ini. Yang pertama adalah Gadong Mall di daerah Gadong dan yang kedua adalah Yayasan Mall di daerah Bandar yang dekat juga dengan Masjid Omar Ali Saefuddin. Dan jika saya perhatikan yang paling lengkap untuk isi sebuah Mall hanyalah Gadong Mall itu. Ada bioskop, food court, tempat bermain anak, swalayan, dll. Gadong Mall sendiri terbilang cukup besar, memiliki 6 lantai, tapi tidak terlalu ramai sekalipun itu weekend. Sedangkan untuk Dept. Store yang paling terkenal di sini adalah Hua Ho Dept. Store. Hua Ho itu kalau di Indonesia sama seperti Hypermarket atau Giant. Disini juga ada Giant tapi tidak banyak seperti di Indonesia. Masyrakat disini biasanya belanja di Malaysia atau Singapura. Tak heran karena kehidupan ekonomi disini rata-rata dalam kategori menengah dan menengah ke atas. Jarang sekali ada menengah ke bawah.
Depan Masjid Omar Ali Sefuddin - Bandar Seri Begawan
Masjid Hasnal Bolkiah: Salah satu Masjid termegah di Brunei pada malam hari
Highway Brunei di hari aktif sekitar Pk. 12.00(GMT +08.00)
Bicara tentang swalayan, berbagai produk yang dijual disini tidak terlalu beda dengan yang jual di Indonesia. Kalau belanja disini anda masih dengan mudah menemukan Indomie, Pop Mie, Pepsodent. Tapi tentu dengan harga yang sedikit lebih mahal. Misal Pop Mie, disini dijual 80cent/pcs atau sekitaran Rp 5000an, sedangkan di Indonesia hanya sekitar Rp 2500-Rp 3000an.
Begitupula dengan transportasi disini. Dari pengamatan saya 90% orang Brunei menggunakan mobil sebagai kendaraan pribadinya. Sisa 10% nya itu adalah bus 7% dan motor 4%. Jadi anda jangan kaget jika jalanan disini hanya dipenuhi oleh mobil, jarang ada motor dan bus. Itu mengapa juga anda akan banyak menemukan mobil mewah yang digunakan disini yang tidak beredar di Indonesia, karena tingkat konsumsi penggunaan mobil sangat tinggi dan di import dari berbagai negara. Sekalipun mayoritas orang sini menggunakan mobil, tapi jarang sekali saya merasakan macet di negara ini. Saya sendiri menggunakan mobil untuk berangkat kerja. Jarak rumah dan kantor sekitar 10km tapi bisa di tempuh hanya dengan waktu 10-15 menit saja. Selain itu disni banyak jalan highway, kalau di Indonesia seperti jalan Tol, bedanya kalau di Indonesia kita harus bayar untuk lewat jalan Tol, maka di Brunei itu tidak di punggut biaya dan boleh dilalui sepeda motor.
Brunei juga menjadi salah satu tempat tujuan utama para TKI kita mencari kerja. Info dari yang saya dapatkan dari rekan Indonesia yang lebih lama tinggal disini, TKI disini sudah mencapai angka ribuan. Saya tidak kaget mendengarnya, karena memang selama saya belanja atau jalan disini tak jarang ketemu orang yang sedang ngobrol dengan bahasa jawa. Pekerjaan TKI disini macam-macam, tapi mayoritasnya adalah ammah/pembantu, driver dan tukang bangunan. Ada juga pekerja swasta seperti saya ini, mayoritasnya di bidang IT, karyawan di perusahaan wiralaba (Ex: KFC, dll) dan Perminyakan. Dari pengamatan pribadi, kenapa banyak TKI kita memilih ke Brunei, karena gaji dan kehidupan yang mungkin sedikit lebih layak daripada di negara lain. Untuk ammah/pembantu dan driver itu rata-rata gajinya adalah B$ 250 atau setara dengan Rp 1.750.000 jika kurs B$1=Rp 7.000, tapi biasanya kurs nya lebih dari itu, bisa sampai Rp 7.300 - Rp 7.400/B$.
[to be continue]